Hapunten bilih aya kasalahan !!
BELAJAR
METAMORFOSIS DARI KUPU-KUPU
Di
suatu pagi yang cerah, saya duduk menyendiri di sebuah taman yang
dipenuhi berbagai macam tanaman bunga. Saya menghela nafas dalam-dalam
sambil menikmati suasana sekitar yang hening. Tiba-tiba pandangan saya
terhenti oleh keindahan seekor kupu-kupu yang sedang hinggap di
sekuntum bunga. Kupu-kupu itu terlihat sangat elok rupawan dengan sayap
yang warna-warni. Sungguh indah Tuhan menciptakan hewan kecil ini
dengan kombinasi warna yang sangat serasi.
Kupu-kupu
itu hinggap di setangkai kuntum bunga cukup lama untuk menghisap
madunya, kemudian hinggap di kuntum bunga yang lain, begitu seterusnya.
Terkadang datang kupu-kupu lain yang tak kalah cantiknya, seolah mereka
bertutur sapa, kemudian berlomba menghisap sari bunga. Mereka terlihat
riang menjalani hidupnya masing-masing.
Melihat
kupu-kupu tadi, saya jadi teringat asal mula kupu-kupu yang indah
tersebut. Bukankah dia yang kini terlihat elok rupawan dan memukau
banyak mata, dulunya adalah seekor ulat yang untuk sebagian orang
merasa jijik jika melihatnya. Bahkan ada sebagian wanita yang akan
berteriak ketakutan bila melihat makhluk berbulu ini didekatnya.
Kesannya mungkin takut, jijik, atau bahkan alergi. Tapi toh, setelah
berubah rupa menjadi kupu-kupu yang cantik, siapa sih yang nggak suka
melihatnya???
Ternyata
setelah melihat sejarah hidupnya, kupu-kupu yang cantik itu telah
melewati berbagai tahap kehidupan yang mengantarkannya pada sosok yang
sekarang ini. Dulunya ia hanya seekor ulat yang buruk rupa, hidupnya
merayap di dahan dan dedaunan, dan kalau tidak beruntung hidupnya
berakhir dimakan burung atau serangga pemangsanya.
Setelah
matang menjalani kehidupan sebagai ulat, ia pun mencari tempat yang
aman dan berubah menjadi kepompong. Badannya terbujur kaku menggantung
di dahan atau dedaunan. Ia tak peduli walau siang hari panas terik
menyengatnya dan malam hari dingin menusuknya. Bahkan tak jarang hujan
dan badai menerpanya. Ia tetap kokoh ditempatnya bersemedi untuk
berubah menjadi diri yang baru, diri yang penuh pesona keindahan.
Beberapa
waktu kemudian, akhirnya keluarlah ia dari kepompongnya menjadi diri
yang sama sekali baru, indah memukau dengan sayap barunya dan tubuh
yang cantik, jauh beda dari wujudnya semula. Dan kini ia telah memiliki
keahlian baru, yakni bisa terbang! Lalu ia pun terbang berkelana
mencari kuntum-kuntum bunga yang indah untuk menghisap sari bunga dan
menebarkan telur-telur penerus kehidupannya.
Begitulah
metamorfosis seekor kupu-kupu; dari telur ia menetas jadi ulat, dari
ulat ia menempa diri dalam kepompong, dan dari kepompong “baru”
kemudian lahirlah kupu-kupu yang indah menawan. Tahap kehidupannya ia
jalani dari generasi ke generasi tanpa ada satu tahap pun yang dapat ia
lompati. Tak ada seekor kupu-kupu mana pun yang langsung menetas dari
telur, melainkan keluar dari kepompongnya. Saya sengaja menulis kata
“baru” dengan tanda petik untuk menekankan bahwa proses menjadi
kupu-kupu–tidak bisa tidak—pasti melewati fase-fase sebelumnya.
Demikianlah,
kadang kita ingin menjadi kupu-kupu yang indah, tapi kita tidak mau
jadi ulat yang buruk rupa, tidak sanggup menjalani kehidupan kepompong
yang tak berdaya. Maunya langsung jadi sesuatu yang indah, memukau,
mengagumkan dan jadi pusat perhatian banyak orang, langsung jadi kupu-kupu!